Planet-planet mematikan tersebut siap untuk membunuh makhluk apa pun yang berada terlalu dekat atau mencoba mengembangkannya.
Sebagian besar planet dalam daftar ini memiliki suhu yang terlalu panas atau dingin, dan memiliki kondisi yang lebih buruk yang tidak akan pernah mendukung kehidupan.
Inilah daftar 10 planet di alam semesta yang paling mematikan.
10. KELT-9b
(KELT-9b. Photo: Futurism.com) |
KELT-9b ditemukan melalui metode transit menuju arah konstelasi Cygnus yang hanya berjarak 650 tahun cahaya dari Bumi, yang tidak jauh menurut standar astronomi.
Planet ekstrasurya KELT-9b adalah planet terpanas yang pernah ditemukan. Suhu bintang induknya yang bernama KELT-9 sekitar 9.700 derajat Celcius (17.500°F), yang hampir dua kali lipat dari permukaan Matahari kita yang memiliki suhu 5.480 derajat Celcius (9.900°F). Suhu siang hari di planet ekstrasurya itu berkisar sekitar 4.300 derajat Celcius (7.800°F), yang masih sangat panas. Sebagian besar bintang di alam semesta bahkan tidak mendekati.
Saat planet super panas itu bergerak di orbit di sekitar bintang induknya yang memiliki suhu hampir dua kali lipat dari matahari, atmosfirnya yang bengkak yang terbuat dari gas hidrogen menguap dengan cepat.
Dengan menggunakan spektograf CARMENES dari teleskop 3,5 meter di Calar Alto Observatory di Spanyol, para peneliti telah menemukan bahwa KELT-9 tidak hanya mendidihkan atmosfir planet ekstrasurya KELT-9b, tetapi juga menggunakan gaya gravitasi yang kuat untuk menarik hidrogen planet ke arahnya.
Planet itu sendiri berada dekat dengan bintang induknya, yang tiga kali lebih besar dari matahari, sehingga perjalanan mengelilingi bintang hanya membutuhkan 1,5 hari Bumi untuk menyelesaikannya. Itu berarti sekitar 10 kali lebih kecil dari orbit Merkurius sendiri atau hanya 3 persen dari diameter orbit Bumi itu sendiri. Sementara planet ekstrasurya KELT-9b berukuran dua kali ukuran Jupiter dan tiga kali lebih berat.
Para astronom percaya bahwa dalam waktu dua abad Bumi, KELT-9 akan memakan begitu banyak atmosfir planet KELT-9b sehingga KELT-9 akan menjadi sangat besar dan bisa menuju ke titik di mana ia menyentuh permukaan planet KELT-9b.[1]
9. WASP-121b
(WASP-121b. Photo: Wikimedia Commons) |
WASP-121b adalah salah satu planet ekstrasurya yang aneh. Planet itu tidak berbentuk bola pada umumnya tetapi lebih mirip bola rugby. Namun bukan karena bentuknya yang membuat WASP-121b sangat mematikan. Masalahnya adalah kedekatan planet ekstrasurya itu dengan bintang induknya.
Hampir dua kali lipat ukuran Jupiter, dan berjarak 900 tahun cahaya dari Bumi, planet khusus itu ditemukan pada tahun 2015. Tetapi baru-baru ini planet tersebut memberi astronom wawasan lebih dalam tentang apa yang mereka sebut "Jupiter Panas”, yaitu nama panggilan untuk planet ekstrasurya besar yang dipenuhi gas yang mengorbit sangat dekat dengan bintang induknya.
Massanya 1,2 kali dari Jupiter, dan radiusnya sekitar 1,9 kali Jupiter, tetapi sementara Jupiter berputar mengelilingi matahari kita setiap 12 tahun sekali, WASP-121b memiliki periode orbit hanya 1,3 hari.
NASA mengatakan bahwa planet itu sangat panas, karena memiliki logam berat yang keluar dari atmosfir planet daripada mengembun menjadi awan.
WASP-121b sangat dekat dengan bintang induknya yang memiliki panas lebih dari matahari, sehingga jika semakin dekat, gravitasi bintang induknya akan merobeknya. Itu juga berarti bahwa bagian atas atmosfir planet tersebut bisa terpapar panas hingga 2.540 derajat Celcius (4.600°F), cukup panas untuk merebus beberapa logam.
Benda padat atau cair tidak dapat terbentuk di sana, dan semuanya berada dalam bentuk gas, termasuk atmosfir logamnya yang diisi dengan besi dan gas magnesium. Lebih buruk lagi, planet ekstrasurya tersebut bisa kehilangan atmosfirnya karena bintang induknya, seperti KELT-9b.
Anehnya, kedekatan dengan bintang induknya adalah alasan WASP-121b bisa menjadi lentur. Bintang induk itu mampu melakukan tarikan gravitasi yang berat pada planet ekstrasurya tersebut. WASP-121b tidak dapat menahan tarikan karena memiliki gaya gravitasi yang lemah. Namun, ia berhasil menahan sebagian, yang menyebabkannya menjadi melengkung.[2]
8. HD 189733b
(HD 189733b. Photo: Wikipedia) |
HD 189733b juga mematikan. Masalah pertama adalah angin pada HD 189733b bertiup hingga 5.400 mph (8.700 km/jam) - sekitar tujuh kali kecepatan suara. Sebagai perbandingan, badai angin dahsyat dari Badai Katrina yang terkenal bertiup hanya dengan kecepatan 280 kilometer per jam (175 mph), dan itupun sudah merupakan kecepatan angin paling dahsyat bagi kita.
Lalu ada hujan. Awan HD 189733b yang kaya akan silikat menyebabkan hujan yang turun bukan berupa air, tetapi berupa kaca cair. Hujan tidak turun langsung karena angin super cepat yang baru saja kita bicarakan. Sebaliknya, hujan aneh itu jatuh ke samping.
Bahkan jika kita menemukan jalan keluarnya, kita masih perlu menghadapi suhu tinggi di planet ekstrasurya tersebut. HD 189733b sangat dekat dengan bintang induknya sehingga sangat panas, dan terkunci secara tidal pada bintang induknya, dimana planet ekstrasurya tersebut selalu menunjukkan satu sisi yang sama pada bintang induknya, sama seperti bulan yang terkunci secara tidal pada Bumi, selalu menunjukkan satu sisi yang sama ke Bumi.
Dalam menyelesaikan revolusinya di sekitar bintang induknya, HD 189733b hanya memerlukan waktu 2,2 hari bumi.[3]
Sebuah planet yang terkunci secara tidal selalu menjaga sisi yang sama pada bintang induknya. Jadi, satu sisi dikunci untuk berhenti di siang hari selamanya, dan sisi lain memiliki malam hari yang abadi.
7. Proxima b
(Proxima b. Photo: NASA Ames/JPL-Caltech/Public domain) |
Planet ekstrasurya itu menarik para astronom yang berpikir bahwa planet itu memiliki air dan sifat mirip Bumi. Namun berdasarkan penyelidikan selanjutnya, mereka telah menemukan bahwa mereka salah.
Proxima b sangat dekat dengan Proxima Centauri sehingga planet ekstrasurya tersebut menyelesaikan orbit dalam waktu 11,2 hari. Planet itu juga terkunci secara tidal pada bintang induknya, meninggalkan satu sisi dengan suhu panas yang mematikan dan sisi lainnya fatal dan beku. Antara keduanya adalah jalan tengah yang lebih beriklim. Namun, wilayah itu tidak mungkin mendukung kehidupan karena bintang induknya, Proxima Centauri yang bisa mematikan.
Bintang kerdil merah seperti Proxima Centauri adalah tipe paling umum di galaksi kita, dan di sekitarnya telah ditemukan planet yang memiliki zona yang layak huni. Tetapi mengingat bahwa bintang kerdil rentan terhadap kekerasan - seperti penemuan terbaru pada Proxima Centauri - maka setiap kehidupan di permukaan planet-planet itu harus dihindarkan karena radiasi matahari yang kuat.
Salah satu karakteristik dari bintang-bintang kerdil merah adalah kecenderungan mereka untuk melepaskan pancaran sinar matahari yang kuat setiap dua atau tiga bulan yang menyerang planet-planet yang mengorbit di sekitarnya. Pancaran itu akan menghancurkan lapisan ozon pada planet-planet tersebut, membuatnya rentan terhadap radiasi ultraviolet dan sinar X.
Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) telah mengamati satu peristiwa seperti itu pada tanggal 24 Maret 2017, ketika Proxima Centauri melepaskan sinar matahari ke arah planet ekstrasurya Proxima b. Suar itu begitu kuat, 10 kali lebih terang daripada suar terbesar Matahari kita, sehingga bintang menjadi 1.000 kali lebih terang dalam 10 detik. Proxima b menerima 4.000 kali radiasi lebih besar dari sinar radiasi yang diterima oleh Bumi dari sinar matahari. Itu buruk untuk apa pun yang hidup di planet ekstrasurya tersebut.[4]
6. CoRoT-7b
(CoRoT-7b. Photo: via Planetologia.ru) |
CoRoT-7b adalah planet ekstrasurya yang berbatu dan mirip Bumi, dan ia merupakan salah satu jenis “Jupiter Panas” yang pernah ditemukan. Meskipun memiliki permukaan berbatu yang dapat mendukung kehidupan, CoRoT-7b bukanlah tempat yang cocok untuk hidup.
Sebagai permulaan, suasananya dipenuhi dengan mineral yang membentuk awan batuan. Awan-awan itu mengirimkan kerikil dan batu-batu kecil yang jatuh dari langit seolah-olah hujan. Bahkan jika manusia berhasil selamat dari kerikil dan batu-batu kecil itu, mereka akan dihancurkan oleh suhu permukaan planet yang sangat panas.
CoRoT-7b hampir 60 kali lebih dekat dengan bintang induknya daripada Bumi, sehingga di siang hari, bintang induk di langit CoRoT-7b muncul 360 kali lebih besar dari Matahari yang terlihat dari Bumi. CoRoT-7b hanya membutuhkan waktu 20,4 jam untuk melingkari bintang induknya yang seperti matahari.
CoRoT-7b juga terkunci secara tidal pada bintang induknya. Itu berarti bahwa setengah planet ekstrasurya tersebut secara permanen menghadap bintang induknya. Suhu permukaan sisi itu berkisar antara 1.980 derajat Celcius (3.600°F) dan 2.300 derajat Celcius (4.220°F), suatu panas yang cukup untuk melelehkan batuan.
Para astronom percaya bahwa batu-batu di sisi yang menghadap matahari itu meleleh karena mereka tidak dapat tetap padat pada suhu tersebut.[5]
5. TrES-2b
(TrES-2b. Photo: via Reddit.com) |
Berputar sangat dekat dengan bintang induknya, memiliki ukuran yang serupa dengan Jupiter dan hadir di rasi bintang Draco,TrES-2b masuk dalam kategori planet "Jupiter Panas", yang suhunya dapat melonjak hingga 980 derajat Celcius (1.800°F).
TrES-2b berada sekitar 750 tahun cahaya dari bumi, ditemukan oleh pesawat ruang angkasa Kepler. Terkunci secara tidal pada bintang induknya yang bernama GSC 03549-02811, yang berukuran hampir sama seperti Matahari kita.
Planet itu sangat gelap sehingga tidak terlalu memantulkan warna hitam dibandingkan cat akrilik. Bahkan, dikatakan ia memantulkan kurang dari satu persen cahaya yang jatuh ke atasnya. Dengan kata lain, ia memiliki reflektivitas sangat kecil, juga dikenal sebagai albedo.
Jupiter, di sisi lain, memantulkan sekitar setengah dari sinar matahari karena adanya amonia, sehingga membuatnya tampak seperti belang-belang oleh awan merah dan putih terang. Bumi kita sendiri memantulkan sekitar sepertiga dari cahaya yang diterimanya, sehingga memberikan padanya warna biru yang terang dan mencolok seperti yang bisa dilihat dari luar angkasa.[6]
TrES-2b berwarna hitam karena atmosfirnya menyerap lebih dari 99 persen cahaya yang diterimanya dari matahari. Para astronom percaya bahwa planet ekstrasurya tersebut memantulkan sangat sedikit cahaya karena atmosfirnya dipenuhi dengan natrium dan kalium yang menguap atau gas titanium oksida.
Suhu panas yang sangat tinggi menyebabkan beberapa bagian dari planet ekstrasurya itu memancarkan cahaya merah, seperti halnya pembakaran batubara atau kumparan pada kompor listrik.
4. OGLE-2005-BLG-390Lb
(OGLE-2005-BLG-390Lb. Photo: Wikimedia Commons) |
OGLE-2005-BLG-390Lb adalah planet ekstrasurya massa terkecil yang ditemukan hingga saat ini, hanya 5,5 kali massa Bumi dan mengorbit bintangnya pada jarak 2,6AU. Setiap orbit berlangsung sekitar 3800 hari, jauh lebih lama daripada yang ada di tata surya kita, karena bintang induknya hanya sekitar seperlima massa Matahari.
Planet ekstrasurya tersebut berbatu dengan atmosfir yang sangat tipis, berjarak 20.000 tahun cahaya, yang terletak tepat di tengah Bima Sakti kita sendiri. Ketiga faktor itu membuat para astronom curiga bahwa planet itu bisa mengandung kehidupan ketika ditemukan. Namun, mereka sekarang percaya bahwa itu bukan yang tepat untuk kehidupan karena planet ekstrasurya itu memiliki suhu super-dingin yang bisa membuat kita terperangkap dalam kebekuan.
Suhu permukaan pada OGLE-2005-BLG-390Lb adalah sekitar -220 derajat Celcius (-364°F), yang terlalu dingin untuk mendukung kehidupan seperti yang kita ketahui. Sebagai perbandingan, suhu terdingin yang pernah dicatat di Bumi adalah -89 derajat Celcius (-129°F), yang tercatat di daerah Antartika yang sedingin es yang belum pernah terkena sinar matahari. Upaya untuk bernapas di daerah itu akan menghancurkan paru-paru kita dan menyebabkan kematian instan.[7]
3. Upsilon Andromedae b
(Upsilon Andromedae b. Photo: Wikimedia Commons) |
Para peneliti menggunakan Spitzer Space Telescope NASA untuk menentukan variasi suhu di atmosfir planet Upsilon Andromedae b. Planet yang termasuk kategori "Jupiter Panas" itu adalah raksasa gas yang mirip dengan Jupiter, yang mengorbit sangat dekat dengan bintang induknya yang panas.
Para ilmuwan percaya bahwa planet itu terkunci secara tidal pada bintang induknya, sehingga sisi yang sama selalu menghadap bintangnya dan menyembunyikan "sisi gelapnya". Namun, karena planet tersebut terbuat dari gas, atmosfir luarnya dapat bersirkulasi lebih cepat daripada interiornya.
Menariknya, area terpanas pada planet itu terletak pada sisi yang tidak menghadap bintang induknya, tapi justru terjadi pada sisi yang tidak menerima sinar matahari. Penemuan itu membingungkan para astronom, karena sisi yang menghadap bintang seharusnya lebih panas. Para astronom percaya bahwa hal itu terjadi karena angin mentransfer udara panas ke sisi yang berlawanan dari planet ekstrasurya tersebut.
Berikut adalah satu teori tentang cara kerjanya. Panas dari bintang Upsilon Andromedae A mengenai sisi planet ekstrasurya Upsilon Andromedae b yang menghadap matahari, dan menyebabkan udara memanas. Ketika udara itu menjadi cukup panas, angin mengangkutnya ke ujung sisi lain planet ekstrasurya tersebut.
Pada saat yang sama, angin mengangkut udara dingin dari ujung yang berlawanan ke sisi yang menghadap matahari. Kemudian proses berlanjut. Itu berarti bahwa sisi yang terlindung dari matahari memiliki aliran udara panas, sedangkan sisi yang menghadap matahari memiliki udara yang lebih dingin.[8]
Suhu panas yang terdapat pada planet itu merupakan salah satu alasan bahwa kehidupan sangat tidak mungkin bertahan di sana.
2. Venus
(Planet Venus. Photo: NYpost) |
Venus telah diamati di langit Bumi sejak awal waktu. Menjadi planet paling terang di tata surya kita karena sifat reflektifitas dan kedekatannya dengan Bumi. Venus adalah planet terbesar ke-6 di tata surya kita dan terletak hanya 25 juta mil (40 juta km) dari Bumi. Mirip dalam ukuran, kepadatan, komposisi, dan volume seperti Bumi, maka Venus sering disebut sebagai saudara kembar Bumi dan dianggap mirip dengan Bumi dalam geologi dan lingkungan.
Pada tahun 1962, penyelidikan Mariner 2 NASA menunjukkan bahwa Venus sebenarnya adalah kembaran jahat Bumi dengan lingkungan bermusuhan yang tidak cocok untuk mempertahankan kehidupan, di mana Bumi adalah taman surga, Venus adalah isi perut neraka.
Permukaan Venus dipenuhi dengan gunung berapi yang memuntahkan karbon dioksida dan gas-gas lain yang kemudian terperangkap dan terakumulasi di atmosfir Venus. Seiring waktu, penumpukan gas-gas itu tidak memiliki sarana untuk menangkal mereka menciptakan efek rumah kaca yang akhirnya membunuh semua peluang bagi Venus untuk mengembangkan kehidupan.
Suhu permukaan Venus mencapai 467°C (872°F), dan karena Venus mengalami efek rumah kaca, jadi tidak ada cara bagi panas untuk keluar dari planet itu, sehingga tidak ada perbedaan suhu dari hari ke malam. Itu artinya di malam hari sepanas siang hari. Hal tersebut menjadikan Venus planet terpanas di sistem tata surya.
Menariknya, di Venus juga turun hujan dan turun salju, meskipun banyak hal berbeda dari yang terjadi di Bumi. Salju itu tidak terbuat dari cairan tetapi dari logam galena dan bismutin. Curah hujan terdiri dari asam sulfat yang mematikan. Namun, karena tingginya suhu di planet itu, maka hujan yang turun tidak pernah menyentuh planet. Ia menguap di tengah jalan untuk membentuk awan lain.[9]
1. OGLE-TR-56b
(OGLE-TR-56b. Photo: Nature.com) |
Objek itu dijuluki OGLE-TR-56b. Planet yang ditemukan oleh tim Sasselov itu cukup unik di antara sekitar 100 planet ekstrasurya yang diketahui. Pertama, planet itu lebih dari 20 kali lebih jauh dari planet mana pun yang dikenal saat ini yang mengorbit bintang normal.
Planet itu juga unik karena mengorbit lebih dekat ke bintangnya daripada planet ekstasurya lainnya, hanya berjarak empat jari-jari bintang induknya, atau 50 kali lebih dekat daripada Bumi terhadap Matahari. Planet seukuran Jupiter itu mengitari bintang induknya setiap 29 jam dan permukaannya memiliki suhu mencapai 3.100 derajat Fahrenheit (2.000 Kelvin).
Planet OGLE-TR-56b berjarak 5.000 tahun cahaya dari Bumi, dan merupakan salah satu "Jupiter Panas". Jupiter Panas sering terbentuk lebih jauh dalam sistem bintang mereka dan kemudian bergerak lebih dekat ke bintang-bintang mereka.
Suhu di atmosfir bagian atas planet OGLE-TR-56b secara teoritis sangat tepat untuk membentuk awan, bukan uap air tetapi besi yang menguap. Saat uap besi mendingin, uap air akan membentuk tetesan cairan dan bisa turun hujan dalam bentuk besi cair yang panas.
Hujan besi itu belum diukur tetapi karakteristik fisik yang diukur dari sistem tampaknya membuat skenario tersebut sangat mungkin, sesuai dengan awan besi cair yang telah ditemukan pada benda langit lainnya, dimana para ilmuwan telah menganalisis atmosfir dan mereka telah menemukan tetesan besi cair di lapisan awas bagian atasnya.[10]
No comments